Minggu, 04 April 2010

Cerita Renungan










Kesetiaan sahabat:  seorang manusia seekor singa dan seekor ular

Pada zaman dahulu kala, adalah seorang pedagang emas,  yang  bernama Gendreh, seorang pemuda yang tampan dan baik budi. Ia mempunyai seorang sahabat, bernama Candala.

Mereka berdua selalu seia sekata, betul betul bagai saudara. Gendreh dan Candala mempunyai sifat yang berlawanan. Gendreh orang yang berbudi baik, suka menolong saudara dan temannya. Sedangkan Candala orang yang berhati dengki, iri dan dendam. Kalau melihat orang mendapatkan kebahagiaan, ia malah cemberut dan merasa tidak nyaman.Sudah berkali kali Gendreh membantu Candala, dengan memberikan modal kerja. Namun tidak dipergunakan dengan baik. Sehingga modal itu habis hanya untuk minum minun dan bermabuk mabukan dengan teman temannya.
Keadaan buruk pada diri Candala, Gendreh sama sekali tidak mengetahuinya.Tahunya Candala adalah orang baik dan sahabat sejati.

Pada suatu hari, seperti biasanya Gendreh  pergi berdagang ke kota. Untuk menuju kekota ia harus melewati hutan yang lebat yang masih dihuni binatang besar, seperti harimau, singa, gajah dan binatang yang lainnya. Ia terkejut ketika mendengar auman keras seekor harimau, atau singa dari lobang jebakan. Gendreh merasa kasihan. Gendreh menengok ke dalam lobang jebakan itu, dilihatnya ada seekor singa jantan mencoba meloncat keluar, namun tidak pernah sampai menyentuh tebing lobang jebakan itu.  Gendreh menemukan sebuah batang pohon  yang tidak begitu besar, yang telah roboh, dan sudah mengering. Batang pohon itu dimasukkan kedalam lobang, dan disandarkan ketepi lobang jebakan. Singa dengan bantuan batang pohon itu, meniti dan naik keatas jebakan. Singa pun keluar dan ber terima kasih kepada  Gendreh yang telah menolongnya. Singa itu bisa bicara seperti manusia. Gendreh kagum dan terpesona, ketika melihat seekor singa yang bisa bicara dan tahu sopan santun seperti manusia saja.      

Gendreh melanjutkan perjalanannya.Belum lama melangkah dilihatnya, ada seekor ular yang tergencet dibawah pohon yang roboh. Ular tidak bisa melepaskan diri dari tindihan batang pohon. Ular hanya bisa menggeliat geliat saja. Ular minta tolong kepada  Gendreh untuk melepaskan diri dari himpitan pohon besar itu. Gendreh iba hatinya. Ia segera mendekati pohon, dan diangkatnya sedikitt pohon itu, sehingga ularpun bisa melepaskan diri dari himpitan pohon itu. Ularpun sangat ber terimakasih atas bantuan Gendreh.

Gendreh, melanjutkan perjalanan ke kota. Sesampai dikota ia berdagang. Ia segera menggelar dagangannya, dan tidak lama kemudian beberapa orang datang membeli beberapa potong emas. Hari ini kelihatan peruntungannya lebih baik dari hari hari sebelumnya.

Selesai berdagang,Gendreh pun pulang. Ia harus melalui hutan itu kembali. Memasuki hutan,  Gendreh bertemu dengan seekor singa. Kelihatannya singa yang tadi pagi ditolongnya. Singa berkata, agar Gendreh menunggu sebentar, ia akan mengambil sesuatu untuk Gendreh.Sebentar kemudian, datanglah singa itu kembali dengan membawa sebuah mahkota raja yang berdarah. Singa itu berkata, bahwa tadi pagi ada putera raja berburu yang terpisah dari perajurit pengawalnya. Putera raja mengejar dan hendak memanahnya, tetapi singa itu lebih dulu menyerangnya. Terjadilah pergumulan, antara putera raja dengan singa  Singa kemudian melarikan diri, dan sempat membawa mahkota pangeran putera raja. Dari kejauhan nampak para perajurit menyebar dan  mencari cari siapa yang menganiaya putera raja. Namun singa berhasil menyelamatkan diri dan bersembuyi di dalam goa.  Gendreh menerima mahkota dan menyimpannya dalam tempat dagangannya.

Keesokan harinya, Gendreh menemui sahabatnya, Candala. Ia mengajaknya ke istana, untuk mengembalikan mahkota yang diberikan oleh seekor singa pada dirinya. Dalam hati Candala, tidak percaya, tidak percaya ada hewan bisa bicara, hewan berterima kasih, bahkan apakah ada hewan memberi hadiah sebuah mahkota raja.

Sementara itu putera mahkota yang sejak kemarin dari hutan belum juga siuman dari pingsannya.Perkiraan para tabib ahli Istana, bahwa luka putera raja karena terkaman dan cakaran seekor binatang buas. Namun sayang para pengawal kerajaan tidak bisa menjelaskan kepastiannya, siapakah yang menyebabkan luka putera raja, dan siapakah yang mengambil mahkota raja, apakah seekor singa yang mengambilnya? Lalu untuk apa.?

Belum selesai mengadakan penyelidikan, datanglah  Gendreh dan Candala lapor kepada perajurit jaga,  bahwa ia ingin melaporkan temuannya pada raja. Raja pun menerima kedatangan Gendreh dan Candala.Gendreh menceritakan awal mulanya sehingga ia bersama kawannya datang menghadap. Diceritakannya dengan teliti peristiwa sejak menolong singa sampai singa memberikan mahkota. Raja hampir percaya.

 Namun Candala,sahabat Gendreh, yang takut kalau kalau Gendreh dapat hadiah dari raja, mengatakan,  apa yang dikatakan  Gendreh, diluar akal manusia. Jadi temannya ini hanya akal akalan saja, mungkin saja ia melakukannya sendiri pada putera mahkota, dan setelah menganiaya putera mahkota, Gendreh membawa mahkotanya kepada raja, hanya untuk mendapatkan hadiah dari raja.Raja menjadi ragu ragu. Siapa yang harus ia percaya, Gendreh atau  Candala. Candala akhirnya menguatkan, bahwa dirinya sebenarnya melihat dengan mata kepalanya sendiri, bahwa Gendreh menganiaya putera raja, dan setelah itu  membawa lari mahkotanya.


Akhirnya raja pun memerintahkan perajuritnya untuk  menangkap Gendreh dan memasukkannya ke dalam penjara. Sedangkan Candala, disuruhnya pulang dan mendapatkan hadiah sekampil uang emas.  Candala senang sekali, menerima hadiah sebanyak itu.                                           

Penderitaan penderitaan dialami oleh  Gendreh, dari disiksa di aniaya, dan sering tidak diberi makan, adalah hal hal yang sudah biasa dirasakan..

Sampai akhirnya,  pada suatu malam, sewaktu ki Gendreh berdoa mohon kepada Tuhan agar selamat dari fitnah, datanglah seekor ular
masuk kedalam penjara, lewat jeruji besi. Ternyata ular itu adalah ular yang pernah ia tolong di hutan. Ular itu berkata, bahwa kemarin, ia telah menggigit tuan puteri raja.  Ia dalam keadaan terbaring dan tak sadarkan diri. Raja  kemarin siang juga mengumumkan sayembara, bahwa siapa saja yang dapat menyembuhkan penyakit puteri raja dan putera raja, kalau laki laki, akan di jodohkan dengan puteri raja, kalau perempuan, akan menjadi jodoh putera raja. Kemudian ular memberikan ramuan obat untuk tuan puteri dan tuan putera mahkota raja.Ular berkata, ia minta maaf, karena ini satu satunya cara untuk Gendreh bisa mengabdi pada baginda, dan melepaskan diri dari fitnah dan penjara.

Keesokan harinya. Ketika ada petugas ransum, mengirimkan makan dan minuman, Gendreh minta tolong agar diberitahukan kepada raja, ia ingin menyelamatkan kedua puteranya. Ia ingin mengobati kedua putera raja. Petugas ransumpun menyanggupi.

Tidak lama kemudian petugas ransum dan dua orang perajurit mendatanginya. Raja berkeinginan agar Gendreh bisa mengobati kedua puteranya.Dengan ijin Tuhan Yang Maha Kuasa, kedua putera raja pun sembuh, mereka berdua bangun dari pingsannya. Baginda raja dan permaisuri merasa senang kedua puteranya telah sembuh dari sakitnya.

Putera raja kemudian  menceriterakan kejadian sewaktu berburu. Ia harus berpisah dari pengawalnya, karena mengejar seekor singa besar. Namun ketika akan di panah, singa itu melawan. Singa itu menyerangnya, sehingga ia harus bergumul  dengan singa itu.  Raja kini tahu, bahwa Gendreh tidak bersalah.Raja memerintahkan kepada beberapa orang perajurit untuk menangkap Candala, karena telah memfitnah Gendreh. Candala pun ditangkap perajurit, dan dimasukkan ke dalam penjara.

Gendreh yang berwajah tampan, dan baik budi, pun di jodohkan dengan puteri raja. Mereka hidup berbahagia.***

S E L E S A I
          
 Diceritakan  kembali oleh Wayang Wayang.